Kisah Sang Tunas
Denting di kepala mengerdil seketika.
Pikirku, memang sudah dihapuskan.
Kutatap balik jendela, kucermati di luar sana;
“Ada bahagia?”
“Jika sedikit— ada” kata mereka.
Sungguh aku yang merasa asih, atau memang mereka sudah biasa dengan sedikit?
Kuundang segala denting yang merasuki pikiranku kemarin—
Tampaknya mereka enggan mengadar.
Suara— kudengar ada suara. kini bisingnya bukan denting, tapi muara—
deras seperti hasil dari meluruhnya segala air di muka bumi— tapi tak tertampung.
Sungguh aku masih tetap bertanya;
“Ada bahagia?”
“Jika sedikit— ada” ujar mereka puluhan kali.
“Bagaimana bisa sudah berganti denting ke muara tapi jawabannya masih sedikit?”
“Kau sudah mencoba?—
Jika belum jawab kau, undang satu semesta pun tetap sedikit disahutnya”.
Ditanggalkannya segala upaya menyahuti bising di kepala.
“Sekarang waktuku ‘tuk bertunas”.
Komentar
Posting Komentar