Tuan, Saya


Tuan,

Asih lakumu masih banyak kepada saya si pendera,

Pincang pun camping sungguh lepas maknanya perihal saya.

Masih banyak kau turutkan saya ‘tuk bersemayam dalam sukacitamu,

Kendati saya acap tercorak sebagai duka laramu.


Tuan,

Kasih-kasihmu selalu yakini saya ‘tuk tak imani sukma lain,

Lalu kau dapati hati saya terikat dambamu pada tiap-tiap hari.

Belas kasihmu yang penuh, sering kuremuk berujung friksi dan sanggah.

Entah kisah mana yang ajari kau ‘tuk lumrah patah.


Tuan,

Engkau tetaplah Tuan,

Sama seperti Rempuan,

Masih insan.

Peluhmu-pun bisa luruh deras bak riam, 

Terperas habis tak tersisa lalu menjelma bungkam.


Semoga kau masih mampu utuh ‘tuk saya yang butuh, 

Pula rumah ‘tuk saya yang tak tentu arah.


Tetapi tuan, 

Kupersilahkan sejenak kau ‘tuk meletih,

Pula saya turut indahkan ‘tuk sementara menepi.

Komentar

Postingan Populer