Di Kelabu Awan Bulan Desember

Bersemuka kembali dengan desember, bulan penuh berkat dan hikmat.
Bulan di mana aku meratapi kilas balik, betapa bodohnya tertipu 2 triwulan lamanya.
Jika masa itu aku tahu ujungnya, jangankan mencoba, niat saja pasti luput.
Tapi aku riang, bahwa Tuhan masih membuka sistem syaraf otak kiriku di bulan ini terhitung 3 tahun yang lalu, logika.


Lalu apanya yang indah, jika desember sempat kelabu?
Membiarkanmu.
Bulan yang sejatinya tak sengaja Tuhan ciptakan secara optimis untuk melepasku dari belenggumu. Sedikit lucu, terkadang Tuhan campur aduk dalam cerita tak berkepentingan yang semu.
Tiap hujan bulan desember, di situlah rasianku terapung lalu tenggelam pelan dengan delusinya.
Tiap hujan bulan desember juga kelabunya, terima kasih telah memperkenankanku lebih erat denganmu di saat tiap langit gulitamu resahkan insan lainnya.


Dan teruntukmu, hati ini memang sedikit hancur, ikhlasku memang belum terkubur teringat iktikadmu dengan hawa lain begitu serius dan mematahkan segala tulusku 1/4 windu. Sisanya? Aku bersyukur karna telah berlalu. Terima kasih Tuhan, Desember tak selamanya kelabu.


Komentar

Postingan Populer